BERANDA | PMB UNY | KIMIA UNY | INFO BISNIS | THEORY BAND | ARTIKEL | BERITA BOLA

Minggu, 25 April 2010

tugas kewirausahaan 2 industri kerajinan bambu

Industri ini berada di sentra-sentra yang tumbuh secara alamiah turun temurun dengan keterampilan dan keahlian yang berasal dari generasi sebelumnya. Industri ini secara alamiah dapat berkembang karena beberapa faktor :
1. Tersedianya bambu dihampir semua wilayah Kabupaten Garut;
2. Hasil produksi diperlukan oleh masyarakat luas untuk peralatan rumah tangga.

Ketersediaan bambu bambu di Garut setiap tahun cukup besar. Dari data terakhir, tercatat luas kebun bambu sebesar 323,10 Ha dengan hasil sebesar 726.492,00 ton. Produk Anyaman Bambu ini masih terbatas pada fungsi/kegunaan saja, sedangkan variasi produk anyaman ini masih sangat dimungkinkan dalam rangka peningkatan kualitas sekaligus peningkatan pendapatan para perajinnya. Potensi industri ini adalah :

Jumlah Unit Usaha 3.249 unit
Nilai Investasi 357,5 juta rupiah
Nilai Produksi/Tahun 710 juta rupiah
Jumlah Tenaga Kerja 3.249 orang
Produk yang dihasilkan Macam-macam alat rumah tangga, Sangkar Burung dan Kap Lampu, Bilik Hias, dll.
Daerah Pemasaran Bandung , Jabotabek, Jateng,dll.

Dalam rangka inovasi produk, telah diberikan pelatihan-pelatihan di sentra-sentra industri ini antara lain : pelatihan desain, pelatihan mengukir, pembuatan produk baru. Disamping itu juga telah diupayakan bantuan peralatan produksi. Kemampuan sebagian kelompok pengrajin saat ini cukup dapat diperhitungkan di tingkat nasional. Salah satu kelompok pengrajin Anyaman Bambu telah mampu mewakili Indonesia pada even Internasional di Korea beberapa waktu yang lalu.
Untuk mendapatkan aneka keperluan perabot rumah tangga yang terbuat dari bambu, pilihan anda memang tidak salah kalau mampir di Cebongan, Tlogodadi, Mlati, Sleman, Jogja ini.


Dusun Cebongan ini sudah lama dikenal sebagai desa pengrajin bambu. Untuk menuju lokasi tidak sulit, karena sarana transportasi bisa dengan mudah sampai di dusun Cebongan ini. Saat ini sekitar 40 warganya berprofesi sebagai pengrajin bambu ini. Umumnya kerja sebagai pengrajin bambu ini dilakukan di sela-sela kegiatan pertanian, meski begitu banyak juga yang mengaku profesi sebagai pengrajin bambu merupakan kerjaan pokok.


Seperti diungkapkan Suharjono (59), penduduk warga Ceboongan ini mengaku sejak 1993 terjun menekuni sebagai pengrajin bambu. Hasil kreasi Pak Harjono memang bisa dinikmati mulai dari kursi mebel bambu, dipan, kerei, slintru, sampai kap lampu dengan desain cantik menarik.

Soal harga, dirinya mengaku sangat bervariasi, tergantung kualitas dan desain tetapi rata-rata dirinya menjual per set dari Rp. 250.000-1 juta rupiah. Untuk pengerjaan tiap set perabot, Harjono butuh waktu 2-3 hari.

“Tetapi kalau bahan baku sulit, pekerjaan bisa molor,” keluhnya.

Dirinya dan juga pengrajin bambu di Cebongan ini berharap tanaman bambu di Sleman maupun Jogja digalakkan lagi. Sebab untuk memenuhi pesanan order dirinya sering minta kiriman bambu dari luar Jogja seperti Ngluwar, Purworejo, Muntilan, sampai Kulonprogo.

Meski demikian, dirinya mengaku bersyukur sebab order dan pesanannya akhir-akhir ini cukup stabil. Bahkan dirinya seringkali bangga, karena banyak turis asing yang sedang berlibur ke Jogja menyempatkan diri untuk mampir dan membeli beberapa kerajinan bambu asli Cebongan.*(nur)

Dibawah proyek “One Village One Product” yang diselenggarakan oleh JETRO, 9 Pengrajin asal Jogja memamerkan produk-produk mereka pada acara “ Interior lifestyle Exhibition “ dari tanggal 6 sampai tanggal 8 Juni di Tokyo Big Sight, merupakan salah satu tempat pameran Internasional terbesar di Jepang.

Mereka memamerkan mebel kayu ( meja makan, kursi, meja tamu, sofa dan lain-lain), produk batik (sarung bantal kursi dan baki kayu), kerajinan bambu ( kap lampu), produk kulit ikan pari (kotak perhiasan dll) bingkai wayang atau baju yang dibuat dari sutera emas.

Selama 3 hari pameran, “stan Jogja” dikunjungi oleh 1,750 orang Jepang yang berasal dari pedagang eceran,pedagang toko serba ada, pedagang grosir, pabrik dan lain-lain. Sebagian besar dari mereka tertarik dengan kualitas yang tinggi atau desain yang modern dan telah mengubah pandangan mereka terhadap kerajinan tangan Indonesia. Salah seorang pengunjung stan Jogja mengatakan “Keterampilan dan teknik tradisonal terlihat pada produk-produk ini, namun pada saat yang bersamaan nampak modern dan cocok dengan gaya hidup di Jepang saat ini.” Para produsen dari Jogjakarta dapat bertemu dengan banyak pembeli potensial dan melakukan negosiasi bisnis dengan pembeli dari Jepang di dalam stan.

Proyek percontohan OVOP di Jogjakarta dimulai tahun lalu. Ketika Bapak Yusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia dan Mr. Osamu Watanabe, Presiden JETRO (saat itu) bertemu di Tokyo pada tanggal 24 Mei 2006. Mr. Watanabe menyatakan bahwa JETRO telah siap untuk mendukung promosi OVOP di Indonesia, dan mereka sepakat bahwa sebuah proyek percontohan akan dilaksanakan. Tidak lama kemudian, pada tanggal 27 Mei 2006 terjadi gempa bumi yang meluluhlantahkan Jogjakarta, yang merupakan salah satu pusat kerajinan tangan tradisional di Indonesia. Kemudian JETRO memutuskan untuk memulai proyek percontohan untuk membatu rekonstruksi di Jogjakarta dengan menghidupkan kembali industri kerajinan lokal.

JETRO telah mengirim tenaga ahli dari Jepang dibidang produk-produk yang berhubungan dengan interior ke Jogjakarta sebanyak 6 kali sejak bulan September 2006 sampai Mei 2007. Para ahli dan produsen mengembangkan produk mereka dengan menggunakan teknik, sumberdaya dan tradisi setempat seperti batik, wayang dan semacamnya. Para tenaga ahli menekankan bahwa produsen harus membuat produk yang diinginkan pembeli, bukan membuat produk yang diinginkan oleh produsen sendiri.
JETRO akan mengadakan seminar di Jogjakarta pada bulan Juli atau Agustus untuk memberi informasi hasil pameran kepada perusahaan atau pejabat pemerintah daerah Jogjakarta dan juga propinsi-propinsi terdekat.

[Gerai One Village One Product dibuka Kembali di Tiga Bandar Udara Jepang]

Mengikuti sukses dari “One-Village, One-Product (OVOP) markets” (gerai One-Village, One-Product) yang dibuka di di tujuh bandara di seluruh Jepang dari bulan Febuari 2006 sampai Maret 2007, JETRO bersama degan Kementrian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang dan pengelola pasar, kembali membuka pasar OVOP di tiga bandar udara utama di Jepang yaitu: Narita, Kansai dan Haneda. Pasar dengan tampilan produk yang menarik dari negara-negara berkembang seperti makanan olahan, kerajinan dan aksesoris, kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan produk-produk dan negaranya kepada masyarakat luas.

Pasar OVOP merupakan suatu produk “New Development Initiative for Trade”( Pengembangan Inisiatif Baru untuk Perdagangan)dari Jepang, yang diumumkan di bulan Desember 2005 oleh Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi. Dibawah prakarsa tersebut, JETRO dan METI ditugaskan untuk mendukung perkembangan dan pelaksanaan promosi OVOP guna membantu mendorong perekonomian negara-negara berkembang (khusunya LDCs atau “least development countries”(Negara-negara Kurang Berkembang)).

Sebanyak 360,000 orang telah mengunjungi Pasar OVOP pada tahun anggaran 2006, yang di buka di bandar udara Narita, Kansai, Chubu (centrair), Kobe, Haneda, Osaka dan Fukuoka (Pasar Kobe dijalankan oleh METI dan MIPRO (Manufactured Imports and Investment Promotion Organization).

Silahkan Singgah di gerai OVOP bila nanti anda mengungjungi Narita, Kansai atau Haneda.
Lokasi Gerai OVOP Tahun Anggaran 2007:

Narita International Airport
Buka pada tanggal: 15 April 2007 jam kerja: 09:00-17:00
Lokasi: Terminal 1, Central Building, lantai 4

Kansai International Airport
Buka pada tanggal: 22 April 2007 jam kerja: 09:00-17:00
Lokasi: Passenger Terminal Building, Lobby Keberangkatan lantai 2

Haneda Airport
Buka pada tanggal: 1 Mei 2007 jam kerja: 09:00-17:00
Lokasi: Terminal 2, Market Place lantai 2
Masuk : Gratis
Penyelenggara : JETRO dan METI

Mata pencaharian masyarakat yang lain adalah kerajinan dari bambu jenis bambu apus atau "pring apus" yang banyak ditemui di dusun-dusun di wilayah Kecamatan Minggir. Sentra kerajinan anyaman bambu yang menghasilkan perabot rumah tangga seperti besek, tenggok, tumbu, tambir, tampah, kalo, dan kepang, dan juga penghias rumah seperti lampu gantung dapat dijumpai di wilayah Saidan, Brajan dan Diro. Bahkan hasil kerajinan dari bambu ini telah menembus pasar ekspor di luar negeri.

industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu industri kerajinan bambu

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda